Takut Kepada Tuhan
Ungkapan “takut akan Tuhan” sangat populer dalam Perjanjian Lama. Sebab Tuhan sering digambarkan sebagai ”kekuatan yang dahsyat yang dirindukan sekaligus ditakuti” (Istilah teologinya:tremendum--menggentarkan, mengerikan dan menakutkan—dan fascinans (yang menarik, mempesona). Penggambaran ini mulai terkikis dalam Perjanjian Baru, setidaknya dengan sapaan Bapa yang diajarkan Yesus Kristus.
Kita sering kebablasan dan kehilangan rasa takut itu kepada Tuhan. Entah disadari atau tidak, kita kadang-kadang memperlakukan -Nya sebagai sosok Bapa yang lemah, tidak berwibawa, tidak pernah marah.Akibatnya, kita sering tidak takut untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya diyakini bertentangan dengan kehendak Tuhan. ”Takut akan Tuhan”lebih merujuk pada rasa hormat dan kepasrahan kepada Dia yang memiliki kehidupan ini.
Marilah di awal tahun ini,kita meletakkan komitmen pembaruan di dalam diri dan keluarga untuk membangun kembali rasa takut kepada Tuhan, yang terwujud dalam kehidupan pribada dan keluarga, yang menjadikan Firman Tuhan sebagai pegangan dan dasar hidup kita. ”Rasa takut akan Tuhan” adalah bangkitnya kesadaran dalam diri bahwa Dialah satu-satunya pemilik kehidupan ini. Karena itu biarlah segala hormat dan puji dinyatakan kepada Dia, bukan hanya dalam jam-jam ibadah kita, tetapi juga dalam seluruh kehidupan sehari-hari.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu. Amsal 3:7-8
Diposting tanggal 23 Mar 2016