Dalam Kristus Kita Mati dan Bangkit (1 Korintus 15:35-49)
Saudara-saudara yks. di dalam Tuhan!
Kerja keras mendatangkan sukses! Kerja keras itu sesuai dengan Alkitab!
Barangkali kita semua masih ingat pepatah yang mengatakan Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Kita pun mungkin tahu persis apa arti ungkapan itu. Orang-orang tua dahulu senang menasehati anak-anaknya dengan prinsip seperti itu: Untuk berhasil kemudian, orang harus kerja keras sebelumnya.
Dengan gampang kita dapat melihat di sekeliling kita orang-orang yang berhasil berkat kerja keras sebelumnya; orang-orang yang mulai dengan usaha kecil-kecilan tetapi kemudian menjadi usaha yang besar; orang-orang yang mulai dengan modal dengkul, namun kemudian memiliki modal yang besar; orang-orang yang mulai dengan meneteskan airmata, tetapi yang karena kerja keras kemudian memetik hasil besar. Mungkin ada di antara kita yang mulai membangun rumah tangga tanpa sebatang sendok-garpupun, tetapi berkat kerja keras sekarang memiliki perabot yang lengkap; mungkin ada di antara kita yang mulai rumah tangga dengan menu nasi plus sedikit lombok saja, tetapi karena kerja keras sekarang sudah bisa dengan menu yang bervariasi. Mungkin ada di antara kita yang mulai kerja dengan hanya sepasang pakaian seragam, tetapi berkat kerja keras sekarang sudah berlusin pasang pakaiannya di almari. Mungkin ada di antara kita yang dulunya tinggal di rumah kontrakan, namun berkat kerja keras sudah memiliki rumah beton yang mentreng, dsb. Kita bisa menambahkan berbagai contoh untuk mendukung kebenaran pepatah di atas.
Saudara-saudara, kerja keras mendahului sukses, bukan sukses mendahului kerja keras, apalagi (jangan mimpi) sukses tanpa kerja keras. Sukses hanya bisa dicapai dengan kerja keras. Pepatah, Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, dengan makna, bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian, adalah sesuai dengan prinsip Alkitab.
Kerja keras itu penugasan dari Tuhan!
Pertama, mari kita mengingat kembali sejenak kisah penciptaan. Panggilan untuk bekerja keras merupakan salah satu firman Tuhan yang pertama-tama disampaikan kepada manusia segera setelah manusia diciptakan:
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuclah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kejadian 1:27-28).
Perintah pertama ialah beranakcuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi; tanggungjawab utama yang harus melekat pada manusia setelah mempunyai anak-cucu ialah taklukkanlah (bumi) itu, berkuasalah atas ikan-ikan dan.... Untuk menaklukkan sesuatu dibutuhkan kerja keras. Kerja keras adalah tugas dari Tuhan. Jadi jika kita bekerja keras atau bekerja sungguh-sungguh, berarti kita adalah orang-orang yang sedang mengemban misi dan penugasan dari Tuhan. Kerja itu mulia!
Yesus Kristus kerja keras untuk keselamatan kita! Oleh karena Dia menebus kita, kita ini milik Kristus!
Kedua, usaha yang Yesus Kristus lakukan dalam rangka penyelamatan manusia itu dilandasi dengan kerelaan kerja keras. Usaha yang Yesus lakukan itu membutuhkan pengorbanan. Ya, kerja keras membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan Yesus Kristus mencapai puncaknya dalam kesengsaraan dan kematian-Nya. Sikap rela menempuh jalan sengsara dan salib itu merupakan tindakan penggantian atau penebusan untuk kita. Artinya seharusnya kitalah yang menjalani kesengsaraan dan kematian yang Yesus alami itu. Mari kita mengucap syukur kepada Yesus Kristus untuk pengorbanan-Nya ganti kita itu. Apakah yang harus kita persembahkan kepada-Nya sebagai pembalas kebaikan-Nya itu?
Tetapi, saudara-saudara, pokok yang kita renungkan dalam kebaktian kali ini, yaitu dalam Kristus kita mati dan bangkit, memang harus kita pahami dari pengorbanan Yesus Kristus itu. Karena Dia sudah mengganti dan menebus kita maka kita ini menjadi milik-Nya. Semua orang percaya itu adalah milik Yesus Kristus. Bukan milik orang tuanya, bukan milik suaminya, bukan milik istrinya, bukan milik anak-anaknya, bukan milik pemerintah, bukan milik atasannya, bukan miiik setan, bukan milik ayam jantan, bukan milik pacarnya. Semua orang percaya itu adalah milik Kristus. Memang, setiap orang atau barang yang ditebus itu, menjadi milik orang yang menebusnya. Dan kita, bukankah kita ini orang-orang yang telah ditebus oleh Yesus Kristus? Bukankah Kristus satu-satunya yang telah menebus kita? Semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah milik Kristus. Mintu'ki' tu to ma'pa'tongan lako Puang Yesu, to Nakalebuimoki'. Seharusnya Yesus Kristus-lah yang merajai kehidupan kita. Dialah Raja. Itulah sebabnya sehingga persekutuan orang-orang percaya (dari segala abad dan pada segala tempat) itu disebut juga kerajaan Allah. Dan orang-orang yang telah menerima Kristus itu diberinya kuasa menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Tetapi hanya kalau kita menjadi milik Kristus kita ini adalah anak-anak Allah. Di luar dan terlepas dari Kristus mustahil kita menjadi anak-anak Allah. Kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah pada diri kita sendiri.
Kristus memperoleh dan memiliki kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam Kristus kita mati dan bangkit. Luar biasa! Kita manusia berdosa menjadi milik Kristus. Makna teologis dari pokok renungan kita kali ini amatlah dalam. Dalam sekali. Yesus mati dan bangkit tidak sebagai individu (perorangan), tetapi sebagai wakil (perwakilan) manusia. Yesus mewakili umat manusia. Sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus itu merupakan contoh dan paradigma (model) nasib manusia; merupakan lambang (typos - bahasa Yunani) dari eksistensi manusia dan dengannya manusia menginterpretasikan kehidupannya sendiri. Itulah sebabnya Paulus berkata, "... jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia" (Roma 6:8) Antara Kristus dan umat manusia terjalinlah ikatan yang riil sekali dan amat mendalam. Kristus dan manusia diidentifikasikan. Itulah sebabnya kebangkitan Kristus itu secara riil dan aktual menyangkut juga kebangkitan eskatologis (masa depan) orang-orang percaya (dan manusia pada umumnya). Di dalam sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita ikutserta, karena Yesus adalah wakil dan ganti kita memenuhi hukuman Allah atas dosa-dosa kita.
Yang mati ialah yang dapat binasa dan mati! Yang bangkit ialah yang tidak dapat binasa dan mati!
Ikatan yang riil antara Kristus dengan orang-orang percaya (manusia) itu akan menjadi sempurna dalam kebangkitan orang mati yang disebutkan dalam ayat renungan kita. "Dengan tubuh apakah mereka (orang mati) akan datang kembali?" (ayat 35). Istilah "tubuh" (soma - bahasa Yunani) dalam pengertian Paulus berarti seluruh eksistensi keduniawian manusia. Tetapi waktu menjelaskan kebangkitan orang mati, Paulus menggunakan istilah tubuh itu dalam dua pengertian: pertama, tubuh alamiah atau kodrati (soma psykhikon), yaitu eksistensi keduniawian manusia dan, kedua, tubuh rohani (soma pneumatikon), yaitu eksistensi rohani (yang seluruhnya dikuasai dan diresapi oleh roh ilahi). Selanjutnya, di dalam 1 Korintus 15:50-57, dijelaskan bahwa pada waktu orang mati dibangkitkan, "... yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati" (ayat 53). Atau, menurut ayat yang kita renungkan saat ini ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan; ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan (ayat 42-43). Dan, yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah (ayat 44). Jadi tubuh dan jiwa yang kita miliki ini, yaitu tubuh dan jiwa yang dapat binasa dan mati, itulah yang ditaburkan atau dikuburkan (menurut terjemahan Kabar Baik Untuk Anda). Tetapi akan diganti dengan yang tidak dapat binasa dan tidak dapat mati waktu terjadi kebangkitan orang mati. Yang mati dan bangkit itu orangnya sama tetapi keadaannya berbeda.
Syukur kepada Yesus Kristus, Sang Penebus kita!
Semua itu telah terjadi pada diri Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus adalah contoh dan lambang kematian dan kebangkitan kita di dalam Dia. Dalam Kristus kita mati dan bangkit. Itulah hidup yang kekal. Itulah hidup yang sejati. Syukur kepada Yesus Kristus, Sang Penebus dosa kita, yang telah mengaruniakannya kepada kita. Marilah kita kerja keras, baik untuk mencari nafkah, menuntut ilmu, maupun dalam hidup keimanan kita. Mari kita padukan hidup keimanan kita dengan kegiatan kita mencari nafkah atau ilmu. Mari kita mengusahakan hidup kita dipengaruhi dan dikendalikan oleh iman kita. Mari kita mengusahakan supaya Yesus Kristus, Raja kita dan pemilik hidup kita, yang memerintah kita. Bapa, tolonglah kami! Amin!
Diposting tanggal 23 Mar 2016