Pay It Forward
Suatu hari, di Amerika Serikat, seorang anak kecil duduk menonton televisi. Ia menyaksikan kehidupan anak-anak Afrika yang sangat memilukan hati: mereka kurus kering dengan perut buncit karena busung lapar, terkulai lemas bahkan banyak yang meninggal karena sakit. Tayangan itu membuat anak kecil ini begitu iba dan tergugah untuk menolong teman-temannya yang di Afrika itu. Ia segera mengambil uang celengannya sendiri, lalu membuat beberapa stiker berisi seruan/ajakan untuk peduli dan membantu anak-anak Afrika. Hasil penjualan stikernya digunakan untuk mencetak stiker yang lebih banyak lagi. Dengan itu, makin banyak orang yang dipengaruhinya lewat stiker itu. Aksi anak kecil itu tak luput dari pengamatan media massa, sampai suatu hari ia diundang ke sebuah studio televisi untuk diwawancarai dalam sebuah acara talkshow yang popular di Amerika. Lewat acara yang diminati warga Amerika itu, gema aksinya makin luas. Demikianlah, aksi anak kecil ini kemudian menginspirasi berdirinya banyak lembaga bantuan sosial untuk menggalang dana menyelamatkan anak-anak Afrika. Cerita ini adalah sebuah kisah nyata, yang kemudian difilmkan dengan judul pay it forward.
Kisah anak kecil di atas lain dengan kisah Jemaat Tesalonika pada zaman Paulus. Walau demikian ada kesamaannya: keduanya sama-sama melakukan tindakan yang menggugah banyak orang untuk berubah. Apakah yang terjadi dengan Jemaat Tesalonika? Mereka menderita teraniaya karena menerima berita Injil. Tetapi dalam penderitaan itu mereka tetap bersukacita atas Injil serta tabah dan setia menjadi murid Tuhan. Sukacita, ketabahan dan kesetiaan menanggung penderitaan itu justru membuat Injil terdengar dan tersebar makin luas (ayat 8).
Itulah bukti terterimanya Injil dalam hidup. Injil tidak dapat tidak pasti mengubah kehidupan orang yang menerimanya. Injil adalah sesuatu yang asing bagi manusia (duniawi) sehingga ketika orang menerimanya, hidupnya pasti mengalami perubahan. Masa lalu yang tak bermakna akan berganti dengan hidup yang penuh arti. Ingatlah kisah hidup Paulus, Agustinus, Sadhu Sundar Singh, dan banyak orang lainnya. Mereka-mereka itu mengalami perubahan hidup karena Injil. Kita juga sering mendengar banyak narapidana yang berubah karena Injil. Si kecil yang peduli Afrika di atas adalah juga seorang Kristen; seorang yang sudah mengenal Injil. Bagaimana dengan kita sendiri? Sudahkah mengalami perubahan? Perubahan itu tak mesti besar dan drastis. Perubahan itu dapat terjadi secara perlahan, sedikit demi sedikit, tetapi tetap. Karena itu, jika sudah mengenal Injil, berubahlah sedikit demi sedikit: mulai saat ini, mulai dari hal-hal yang paling kecil, mulai dari diri sendiri. Roh Kudus akan menolong kita dan akan menggemakannya melalui diri kita, sehingga orang lain ikut berubah karenanya.
Doa
Tuhan, telah bertahun-tahun kami menerima Injil-Mu. Tapi, perihidup kami belum sungguh-sungguh mengalami perubahan. Engkau menghendaki kami menggemakan kehendakmu. Engkau mau supaya melalui kami makin banyak orang yang mengenalMu. Tetapi, yang terjadi mungkin sebaliknya: kami justru hanya menggemakan kehendak kami sendiri atau bahkan kehendak kuasa kegelapan. Karena ulah kami orang makin menjauh dariMu, karena sikap kami orang makin tidak mengenalmu. Ubahlah hidup kami menurut InjilMu, sehingga oleh perubahan itu kami dapat mengubah dunia. Amin!
Diposting tanggal 29 Mar 2016
